Rabu, 20 Mei 2009


Disusun oleh Riva Sahri Ramdani

IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (IPM) RANTING
AT-TAJDID ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Ranting Pondok Pesantren At-Tajdid

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) merupakan salah satu Organisasi Otonom (ortom) Muhammadiyah yang fokus membentuk kader Muhammadiyah dengan domisili dalam wilayah pendidikan dasar dan menengah. IPM inilah promotor pergerakan Muhammadiyah yang harus dibina dengan sebaik mungkin karena pada masa remajalah atau pada masa belajarlah pikiran seseorang dengan mudah terpengaruh oleh problem yang ada di masyarakat ataupun yang ada di sekitarnya. IPM merupakan generasi muda penerus perjuangan Muhammadiyah yang siap merespon dinamika kehidupan yang kompleks.

Sandainya kita ambil kata generasi dari kosa kata bahasa Inggris “Generate” maka artinya adalah “membangkitkan” atau “menghasilkan”. Sedangkan kata “Generation” artinya adalah “angkatan” atau “keturunan”.

Sementara itu “Muda” identik dengan sifat usia (seseorang) yang masih produktif dan tidak lemah. Sedangkan lawan dari kata “muda” adalah “tua”, yaitu sifat (seseorang) yang sudah lemah baik dari segi fisik maupun pikiran. Maka dalam konteks ini pelajar termasuk kategori “muda”.

Dari pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa “Generasi Muda” merupakan generator atau penggerak dan penghasil dari suatu generasi atau keturunan, yaitu orang yang kuat lagi produktif yang dapat membangkitkan dan menghasilkan sesuatu. Tetapi hal tersebut masih dipengaruhi oleh faktor keturunan, apakah seseorang ini berasal dari keturunan yang baik, sehingga pada gilirannya dia mampu membangkitkan dan menghasilkan suatu kebaikan yang lebih luas atau apakah seseorang ini berasal dari keturunan penjahat, sehingga pada gilirannya dia mampu membangkitkan dan menghasilkan kejahatan yang lebih besar?

Lalu apakah seorang penjahat bisa melahirkan seorang generasi muda yang baik ?

Atau sebaliknya apaka seorang alim ulama bisa melahirkan seorang generasi muda yang brutal ?

Kita berkaca kepada Nabi kita yaitu Nabi Ibrahim AS dan Nabi Nuh AS.

Nabi Ibrahim, sebelum jadi Nabi adalah sosok pemuda yang pantang menyerah dalam mencari jati dirinya. Ayahnya adalah seorang pembuat berhala. Tidak seorang pun yang menyangka bahwa dari seorang Musyrik akan lahir seorang Nabi yang begitu mulia bahkan menjadi Bapak para Nabi yang mampu mengubah dan menentang musuh-musuh Allah. Sebaliknya, kita lihat kisah Nabi Nuh AS, ia adalah seorang utusan Allah tapi ia mempunyai keturunan yang durhaka yang tidak mau mengikuti ajaran ayahnya.

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d : 11)

IPM adalah generasi muda muslim, yang dilahirkan dari gerakan Islam da’wah Amar Ma’ruf Nahyi Munkar, yang Mudawwamah ‘ala ta’at (terus menerus dalam keta’atan kepada perintah Allah), taqwa dan diridhai oleh Allah SWT serta yang berpedoman kepada Al-Quran dan Sunnah Rosulullah SAW. Setelah lahir dia diberi input yang baik diajarkan tauhid dan dikenalkan kepada tuhannya. Sehingga otomatis dia berperan sebagai generator/penggerak, pembangkit jiwa Rabbani baik dalam dirinya sendiri maupun kepada masyarakat dan harus menghasilkan dan menciptakan suatu peradaban Islam yang mengubah kebiasaan jahiliyah menjadi diinul Islam yang hakiki, ketidaktahuan menjadi keilmuan dan yang menyimpang dari jalan Allah menuju Ridha Allah SWT.

Pelajar inilah sebagai benih-benih yang harus dijaga, diperhatikan, dibimbing dan dididik mulai dari akhlaq, pengetahuan serta mentalnya agar tumbuh menjadi cendekiawan dan ulama yang intelek.

Dengan dasar ini lah Rosulullah mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu bahkan dimulai sejak dalam buaian ibu sampai bertemu dengan liang lahat.

Ada sebuah syair yang mengatakan :

Orang yang berilmu itu mulia walaupun masih belia,

Orang bodoh itu hina walaupun sudah tua.

Belajarlah karena seseorang itu dilahirkan tidak langsung cerdas,

Dan tidaklah sama orang yang cerdas dengan orang yang bodoh.

Sesunggunya Kepala Negara / Kelompok yang tidak mempunyai ilmu,

Maka dia akan dianggap kecil dalam suatu majelis.

Apa yang kita lihat sekarang? banyak para pelajar yang tawuran, terlibat narkoba bahkan dalam kasus tertentu banyak siswi yang sudah tidak perawan lagi. Ini isyarat bahwa generasi muda sekarang belum siap untuk dibebani tugas dalam menjaga kehidupan umat di masa datang.

Mereka cape-cape sekolah selama bertahun-tahun menjadi pintar dan berhasil malah ilmunya dimanfaatkan untuk kejahatan dan menbohongi masyarakat. Faktanya, kita tidak ragu lagi banyak di Indonesia ini orang-orang pintar tapi banyak juga yang korupsi dan suap-menyuap, padahal mereka pintar, mereka tahu bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan tidak terpuji. Apakah tidak salah apabila mengatakan bahwa sekolah adalah tempat mencetak generasi-generasi penjahat di masa datang ?

Sebenarnya apa yang menyebabkan semua ini terjadi? Dan siapa yang patut disalahkan? Apakah kita ini sedang asik-asik merintis kejahiliyahan modern? Perlukah orang tua disalahkan? Perlukah guru dan sekolah yang disalahkan?

Maka berdasarkan paparan di atas, Pondok Pesantren At-Tajdid berusaha dengan sungguh-sungguh membina IPM dan mengisi otak mereka dengan keagamaan yang merupakan pondasi seorang cendekiawan muslim serta diberikan bimbingan bagaimana cara berorgranisasi dan sikap dalam berorganisasi bahkan dilatih mengekspresikan bakat dan kelebihan masing-masing anggota.

Alhamdulillah dengan ini semua IPM Ranting Pondok Pesantren 0At-Tajdid banyak meraih prestasi yang cukup memberikan gambaran bahwa yang muda muda bisa berkarya.

Pada saat penyelenggaraan Musyawarah Wilayah IPM Jawa Barat yang diselenggarakan di Kota Tasikmalaya bulan Maret 2009, IPM At-Tajdid meraih juara pertama lomba disain Majalah Dinding (Mading) tingkat SMA se-Jawa Barat dan Juara ketiga Pidato Bahasa Inggris tingkat SMA se-Jawa Barat. Tidak lupa semua warga pesantren bersyukur atas prestasi mereka yang dapat mengharumkan nama Pesantren Khususnya dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Singaparna umumnya.

Berselang beberapa bulan, Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia (PMII) Cabang Kabupaten Tasikmalaya mengadakan lomba Musikalisasi Puisi, Karya Ilmiah dan Lomba Lukis antarsantri seKabupaten dan Kota Tasikmalaya yang diselenggarakan di Gedung Dakwah dan Taman Singaparna pada tanggal 17 Mei 2009. Dengan hati yang selalu oftimis dan berjiwa pemenang serta Bismillaahirrahmaanirrahiim IPM mencoba berpartisipasi semua lomba tersebut.






Alhamdulillah semua usaha dan kerja keras semua pihak menuai hasil yang memuaskan dengan peraihan dua trophy masing-masing juara satu lomba musikalisasi puisi dan juara dua lomba Karya Tulis Ilmiah. Seniman Tasikmalaya seperti SANGGAR SENI CERMIN MUSA dan OI PAMAN DOBLANG memberikan motivasi kepada IPM agar terus berkarya dan berekspresi. Pembina IPM, Ustadz Yusef Rafiqi, S.Ag., M.M mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka dan juga kepada personil LISSAN AT-TAJDID (Lingkung Seni Santri At-Tajdid) Ardi Luthfy Kautsar, Fahmi Burhanudin, Dede Husna, Banyu Bening, Rifzani Zulfikar, Nisa Tsamratul Fuadah, Teni Solihatin dan Ulfah Fauziah, serta Ari Farizal Rasyid yang memenangkan Juara dua lomba Karya Ilmiah.







Sekilas Tentang Pesantren


Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam. Pesantren telah memberikan kontribusi yang tidak ternilai bagi pembangunan bangsa. Mengamati lebih jauh, hampir semua tokoh yang kini duduk di pusaran kekuasaan ataupun pemimpin-pemimpin umat adalah orang-orang yang pernah mengenyam pendidikan pesantren. Ini artinya keberadaan pesantren memiliki posisi strategis dalam melakukan transformasi gagasan.

Namun ada satu catatan. Pesantren kurang memperhatikan persoalan-persoalan sains. Padahal persoalan sains menjadi sesuatu yang memiliki peran signifikan bagi masyarakat kontemporer. Jika dilacak lebih mendalam, diasumsikan sikap anti-sains yang berjalan di kalangan pesantren dilandasi semangat anti-barat yang pernah ditunjukan para kyai dan ulama sebagai ekspresi kebenciannya pada kolonialisme dengan mengusung Hadits : “barang siapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum itu”. Selain itu, keengganan beberapa kyai pesantren memberikan perhatian lebih terhadap sains karena sains dan agama dianggap dua hal yang memang tidak bisa disatupadukan karena agama hampir identikkan dengan rigiditas dan suprarasionalitas.

Sains dan agama adalah dua hal yang saling melengkapi. Dan bila keduanya disatupadukan maka kesempurnaan esensial akan dapat diperoleh. Sejarah keemasan islam adalah bukti betapa penyatuan agama dan sains menjadi pemicu (trigger effect) berkembangnya peradaban. Secara epistemologis, agama dan sains keduanya merupakan proses pencarian kebenaran yang terbuka. Kebenaran akan terkuak jika keduanya bisa bersatu dan bekerja sama.

Oleh karena itu, seorang cendekiawan produk pesantren tidak cukup sekedar menjadi alim tetapi juga harus faqih. Menjadi pelopor sekaligus penggerak berbagai strategi dalam pengembangan peradaban dan pembangunan umat. Hal ini karena pesantren sesungguhnya telah memilik potensi besar dalam bentuk sumber daya manusia , bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda : “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”. Ini berarti tidak ada batasan untuk berguru dan belajar sekalipun dengan non-muslim, asalkan input yang diperoleh tidak melanggar dan output yang dihasilkan dapat membawa kemaslahatan umat dan peradaban.

Mohammad Natsir misalnya, dengan tegas mengatakan bahwa Islam bukan hanya semata-mata agama saja, melainkan mencakup aspek-aspek lainnya dalam kehidupan. Hal ini menunjukan bahwa Islam menolak pemisahan antara agama dan aspek –aspek kehidupan lainnya. Dasar inilah yang dijadikan alasan Mohammad Natsir menolak pemisahan pendidikan agama dengan umum.

Penilaian Prof. Dr. Hamka yang secara tegas menolak dikotomi ilmu pengetahuan, seperti yang dikemukakan Al-Ghazali. Tentang system pendidikan pesantren misalnya, Hamka menegaskan bahwa adanya intelektual barat dan intelelektual pesantren yang sikap hidupnya amat berbeda. Sehingga semuanya harus diseimbangkan dengan cara mendirikan tempat pendidikan saat mana ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum diajarkan bersama-sama, serta memberikan tambahan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum yang sekuler.

Dalam suratnya yang dikirim kepada A. Hassan pada tahun 1936 Soekarno menulis : “kabar tentang berdirinya pesantren, sangat sekali menggembirakan hati saya. Kalau boleh saja memajukan sedikit usul; hendaklah ditambah banyaknya ‘pengetahuan barat’ yang hendak dikasihkan kepada murid-murid pesantren itu. Umumnya adalah sangat saya sesalkan, bahwa kita punya Islam scholars masih sangat sekali kurang pengetahuan modern science …….. saya tahu tuan punya pesantren, bukan universiteit, tapi alangkah baiknya kalau western science di situ ditambah banyaknya. Demi Allah ‘Islamic Science’ bukan hanya pengetahuan Al-Quran dan Hadits saja. ‘Islamic Science’ adalah pengetahuan Al-Quran dan Hadits plus pengetahuan umum”. (Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, hal. 335-336).

Sekilas Tentang At-Tajdid
www.slopeboy.blogspot.com

kepada siapa saja yang ingin membuat artikel di blog IPM ini silakan kirim naskah tulisan ke ramdanirivasahri@yahoo.co.id
caranya kamu ketik dulu di microsoft word terus di save, kemudian buka alamat email anda dan klik TULIS, klik LAMPIRKAN FILE... dan carilah file anda di mana ..... lalu klik lampirkan file lalu kirim dech....