AT-TAJDID ISLAMIC BOARDING SCHOOL
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Ranting Pondok Pesantren At-Tajdid
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) merupakan salah satu Organisasi Otonom (ortom) Muhammadiyah yang fokus membentuk kader Muhammadiyah dengan domisili dalam wilayah pendidikan dasar dan menengah. IPM inilah promotor pergerakan Muhammadiyah yang harus dibina dengan sebaik mungkin karena pada masa remajalah atau pada masa belajarlah pikiran seseorang dengan mudah terpengaruh oleh problem yang ada di masyarakat ataupun yang ada di sekitarnya. IPM merupakan generasi muda penerus perjuangan Muhammadiyah yang siap merespon dinamika kehidupan yang kompleks.
Dari pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa “Generasi Muda” merupakan generator atau penggerak dan penghasil dari suatu generasi atau keturunan, yaitu orang yang kuat lagi produktif yang dapat membangkitkan dan menghasilkan sesuatu. Tetapi hal tersebut masih dipengaruhi oleh faktor keturunan, apakah seseorang ini berasal dari keturunan yang baik, sehingga pada gilirannya dia mampu membangkitkan dan menghasilkan suatu kebaikan yang lebih luas atau apakah seseorang ini berasal dari keturunan penjahat, sehingga pada gilirannya dia mampu membangkitkan dan menghasilkan kejahatan yang lebih besar?
Lalu apakah seorang penjahat bisa melahirkan seorang generasi muda yang baik ?
Atau sebaliknya apaka seorang alim ulama bisa melahirkan seorang generasi muda yang brutal ?
Kita berkaca kepada Nabi kita yaitu Nabi Ibrahim AS dan Nabi
Nabi Ibrahim, sebelum jadi Nabi adalah sosok pemuda yang pantang menyerah dalam mencari jati dirinya. Ayahnya adalah seorang pembuat berhala. Tidak seorang pun yang menyangka bahwa dari seorang Musyrik akan lahir seorang Nabi yang begitu mulia bahkan menjadi Bapak para Nabi yang mampu mengubah dan menentang musuh-musuh Allah. Sebaliknya, kita lihat kisah Nabi Nuh AS, ia adalah seorang utusan Allah tapi ia mempunyai keturunan yang durhaka yang tidak mau mengikuti ajaran ayahnya.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d : 11)
Orang yang berilmu itu mulia walaupun masih belia,
Orang bodoh itu hina walaupun sudah tua.
Belajarlah karena seseorang itu dilahirkan tidak langsung cerdas,
Dan tidaklah sama orang yang cerdas dengan orang yang bodoh.
Sesunggunya Kepala Negara / Kelompok yang tidak mempunyai ilmu,
Maka dia akan dianggap kecil dalam suatu majelis.
Pada saat penyelenggaraan Musyawarah Wilayah IPM Jawa Barat yang diselenggarakan di Kota Tasikmalaya bulan Maret 2009, IPM At-Tajdid meraih juara pertama lomba disain Majalah Dinding (Mading) tingkat SMA se-Jawa Barat dan Juara ketiga Pidato Bahasa Inggris tingkat SMA se-Jawa Barat. Tidak lupa semua warga pesantren bersyukur atas prestasi mereka yang dapat mengharumkan nama Pesantren Khususnya dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Singaparna umumnya.
Alhamdulillah semua usaha dan kerja keras semua pihak menuai hasil yang memuaskan dengan peraihan dua trophy masing-masing juara satu lomba musikalisasi puisi dan juara dua lomba Karya Tulis Ilmiah. Seniman Tasikmalaya seperti SANGGAR SENI CERMIN MUSA dan OI PAMAN DOBLANG memberikan motivasi kepada IPM agar terus berkarya dan berekspresi. Pembina IPM, Ustadz Yusef Rafiqi, S.Ag., M.M mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka dan juga kepada personil LISSAN AT-TAJDID (Lingkung Seni Santri At-Tajdid) Ardi Luthfy Kautsar, Fahmi Burhanudin, Dede Husna, Banyu Bening, Rifzani Zulfikar, Nisa Tsamratul Fuadah, Teni Solihatin dan Ulfah Fauziah, serta Ari Farizal Rasyid yang memenangkan Juara dua lomba Karya Ilmiah.
Sekilas Tentang Pesantren
Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam. Pesantren telah memberikan kontribusi yang tidak ternilai bagi pembangunan bangsa. Mengamati lebih jauh, hampir semua tokoh yang kini duduk di pusaran kekuasaan ataupun pemimpin-pemimpin umat adalah orang-orang yang pernah mengenyam pendidikan pesantren. Ini artinya keberadaan pesantren memiliki posisi strategis dalam melakukan transformasi gagasan.
Namun ada satu catatan. Pesantren kurang memperhatikan persoalan-persoalan sains. Padahal persoalan sains menjadi sesuatu yang memiliki peran signifikan bagi masyarakat kontemporer. Jika dilacak lebih mendalam, diasumsikan sikap anti-sains yang berjalan di kalangan pesantren dilandasi semangat anti-barat yang pernah ditunjukan para kyai dan ulama sebagai ekspresi kebenciannya pada kolonialisme dengan mengusung Hadits : “barang siapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum itu”. Selain itu, keengganan beberapa kyai pesantren memberikan perhatian lebih terhadap sains karena sains dan agama dianggap dua hal yang memang tidak bisa disatupadukan karena agama hampir identikkan dengan rigiditas dan suprarasionalitas.
Sains dan agama adalah dua hal yang saling melengkapi. Dan bila keduanya disatupadukan maka kesempurnaan esensial akan dapat diperoleh. Sejarah keemasan islam adalah bukti betapa penyatuan agama dan sains menjadi pemicu (trigger effect) berkembangnya peradaban. Secara epistemologis, agama dan sains keduanya merupakan proses pencarian kebenaran yang terbuka. Kebenaran akan terkuak jika keduanya bisa bersatu dan bekerja sama.
Oleh karena itu, seorang cendekiawan produk pesantren tidak cukup sekedar menjadi alim tetapi juga harus faqih. Menjadi pelopor sekaligus penggerak berbagai strategi dalam pengembangan peradaban dan pembangunan umat. Hal ini karena pesantren sesungguhnya telah memilik potensi besar dalam bentuk sumber daya manusia , bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda : “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”. Ini berarti tidak ada batasan untuk berguru dan belajar sekalipun dengan non-muslim, asalkan input yang diperoleh tidak melanggar dan output yang dihasilkan dapat membawa kemaslahatan umat dan peradaban.
Mohammad Natsir misalnya, dengan tegas mengatakan bahwa Islam bukan hanya semata-mata agama saja, melainkan mencakup aspek-aspek lainnya dalam kehidupan. Hal ini menunjukan bahwa Islam menolak pemisahan antara agama dan aspek –aspek kehidupan lainnya. Dasar inilah yang dijadikan alasan Mohammad Natsir menolak pemisahan pendidikan agama dengan umum.
Penilaian Prof. Dr. Hamka yang secara tegas menolak dikotomi ilmu pengetahuan, seperti yang dikemukakan Al-Ghazali. Tentang system pendidikan pesantren misalnya, Hamka menegaskan bahwa adanya intelektual barat dan intelelektual pesantren yang sikap hidupnya amat berbeda. Sehingga semuanya harus diseimbangkan dengan cara mendirikan tempat pendidikan saat mana ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum diajarkan bersama-sama, serta memberikan tambahan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum yang sekuler.
Dalam suratnya yang dikirim kepada A. Hassan pada tahun 1936 Soekarno menulis : “kabar tentang berdirinya pesantren, sangat sekali menggembirakan hati saya. Kalau boleh saja memajukan sedikit usul; hendaklah ditambah banyaknya ‘pengetahuan barat’ yang hendak dikasihkan kepada murid-murid pesantren itu. Umumnya adalah sangat saya sesalkan, bahwa kita punya Islam scholars masih sangat sekali kurang pengetahuan modern science …….. saya tahu tuan punya pesantren, bukan universiteit, tapi alangkah baiknya kalau western science di situ ditambah banyaknya. Demi Allah ‘Islamic Science’ bukan hanya pengetahuan Al-Quran dan Hadits saja. ‘Islamic Science’ adalah pengetahuan Al-Quran dan Hadits plus pengetahuan umum”. (Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, hal. 335-336).
Sekilas Tentang At-Tajdid
www.slopeboy.blogspot.com
kepada siapa saja yang ingin membuat artikel di blog IPM ini silakan kirim naskah tulisan ke ramdanirivasahri@yahoo.co.id
caranya kamu ketik dulu di microsoft word terus di save, kemudian buka alamat email anda dan klik TULIS, klik LAMPIRKAN FILE... dan carilah file anda di mana ..... lalu klik lampirkan file lalu kirim dech....